Matan :
Bagian ini menceritakan 3 tokoh utama, yaitu bumi,
langit, dan mentari.
Seperti halnya semua yang diciptakan akan selalu
berpasangan, seperti siang dan malam, terang dan gelap, lelaki dan perempuan. Begitu
juga dengan bumi, tercipta bersama langit sebagai pasangannya. Langit tercipta
atas 7 susun, pun begitu dengan bumi. Serasi berpasangan, agar saling melengkapi tanpa
kesenjangan. Ia yang diatas tak lebih mulia dengan yang dibawahnya, dan ia yang
dibawah tak lebih hina dari apa yang ada diatasnya. Bukan semata tuhan
menciptakan atas dan bawah untuk sebuah strata derajat seperti stereotype yang
jamak berlaku, hanya saja untuk saling memandang melihat satu sama lain dan
menyatu.
langit selalu ada, setia menyelimuti bumi
dibawahnya, memberi kehidupan untuk semua yang tumbuh didalamnya. Melindunginya
dari setiap ancaman semesta yang mungkin datang menyerangnya. Bumi membantu
langit merangkai kehidupan, membawa setiap butiran air untuk dibuatnya menjadi
gumpalan awan yang meneduhkan. Berdua saling melengkapi, bersama untuk tetap
saling mencintai.
Namun kadang tak selamanya kisah akan terus mengalun
indah. Cerita tak selamanya sesuai mimpi membentuk realita. Mereka saling ada,
menatap satu sama lain dengan mudah. Sayangnya cinta tak hanya butuh selalu
ada, ia butuh dekat untuk didekap dan memeluknya.
Bumi perlahan merasa langit tak dapat memeluknya,
tak pernah turun untuk sekedar bercengkerama menghabiskan waktu berdua. Memang terlihat
ada, tapi cinta tak semudah hanya melihat dan merasakannya.
Langit mulai gundah dengan cinta bumi terhadapnya,
ia ragu bumi masih mencintainya. Awan yang terbentuk dari airnya kini berubah
pekat dan gelap dibuatnya, sama seperti buih kesedihan yang didatangkan atas
keraguan cintanya. Perlahan kesedihan terus membuatnya gundah, hingga tangis
tak terbantah, air yang dulu meneduhkan kini kembali turun kepadanya.
Inilah tangisnya, puncak dari semua gundah gulana
akan keresahan cintanya. Tercurah membuncah menghujam kebawah. Membasahi bumi bersama gemuruh
dalam sedih meratapi. Ia tau ia tak bisa memeluk bumi seperti bumi
menginginkannya, tapi setidaknya bumi harus tau ia selalu ada dan tak
meninggalkannya. Karena baginya, cinta adalah tentang selalu ada, tak perlu
terjamah, hanya setia.
Ia berfikir bumi akan sadar karena tangisnya,
kembali setia mencintainya tanpa berfikir harus memeluknya. Sayangnya bumi tak
berfikir seperti dia. Baginya cinta adalah tentang selalu ada, didekatnya,
memeluk menjamahnya, menyeka setiap gundah yang hadir menyapanya. Dengan tangannya,
bukan kata-kata atau sekedar melihat bahwa cintanya selalu ada.
Bumi semakin merasa bahwa cintanya salah, yang ia
cintai tak pernah mendekat dan menjamahnya.
Hingga lambat laun cintanya memudar, terpatahkan
persepsi hingga membuatnya semakin jauh tak tersadar. Ia berusaha mencari lain
pijar.
Sementara langit bersedih meratapi gundahnya, bumi
semakin jauh tersesat mencari lain cinta. Sampai dijung waktu saat pekat langit
menutupinya. Hadir cahaya indah diujung timur tempatnya bersahaja. Tampak cahaya
berbinar menguning, bersama senyum datang menyingsing, menyeka butiran embun
diujung dedaunan kering.
Mentari menjelma, datang menghangatkannya saat
langit menyelimuti dengan dinginnya. Ia jatuh cinta, mungkin pada pandangan
pertama. Tak peduli lagi dengan langit diatasnya, yang ia tahu ada sebercah cahaya
indah melebihi langitnya. Semakin lama tampak terlihat untaian anggun cahanya,
seolah mengatakan “lihatlah aku dengan seksama, maka kau akan jatuh cinta”. Ia hadir
disaat bumi butuh penghibur, butuh sosok yang ada untuk menjamahnya.
Dan diatas sana, langit melihat dengan
kecemburuannya, tapi ia bisa apa? Nyatanya mungkin bumi tak lagi mencintainya,
hanya bisa pasrah tanpa tau harus berbuat apa. Mungkin juga langit tak pernah
tau, bahwa bumi yang ia kenal tak seperti dulu, yang setia selalu melihatnya
dengan rindu.
Tapi bumi lupa, mentari tak bisa seperti langitnya,
yang akan dengan rela melindungi dan menyelimutinya.
Mentari semakin tinggi menunjukkan cahayanya,
seperti bumi yang semakin terpana melihatnya. Kehangatannya berubah menjadi
terik menyengat seolah membakarnya. Bumi heran dibuatnya, yang ia tau cahaya
diujung pagi itu dulu menghangatkannya.
Sementara langit akan tetap menjadi langit yang
mencintainya, datang membawa awan menyeka peluhnya, meneduhkan dari terik yang
sempat membutakannya. Tapi bumi terlanjur tersesat jauh, lupa bahwa langit
masih saja seperti dulu.
Dengan awannya ia turunkan hujan, tak perduli
bagaimana bumi melihat mentari sebagai haluan. Bukan dengannya lagi, tak
seperti dulu lagi, sedih.
Hujan turun disiang itu; Langit menangis pilu,
beradu sendu. Tapi bukan langit jika ia tak setia, ia masih mencoba
menghadirkan cinta diujung resah. Untuk bumi yang mungkin tak pernah berfikir
lagi tentangnya. Ia seka air matanya meski sedih masih saja memenuhi
kesadarannya. Ia hadirkan untuk bumi untaian cintanya. Ia gunakan mentari untuk
membiaskan tangisnya, membentuk pelangi. tunjukkan pada bumi, tentang cintanya
yang tak pernah mati. Bahwa meski ia tak bisa menjamah memeluknya, setidaknya
ia tak hadirkan terik seperti mentari.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sarah :
Kisah pelangi adalah representasi dari kisah Long
Distance Relationship yang banyak terjadi, mengisahkan langit yang ingin
berusaha membuktikan pada pasangannya bahwa LDR pun masih bisa bahagia, tak
perlu meratapi kisahnya, hanya nikmati saja keadaan yang ada. Langit ingin
membuktikan bahwa LDR pun masih bisa terjalani tanpa hambatan.
Bumi seperti pasangan LDR yang mungkin merasa
hubungannya tak berbeda jauh dengan tidak berhubungan. Sama saja, bukankah LDR
sama saja berpasangan dengan rasa sendiri? Yang ia tahu cinta itu selalu ada,
bersama dan memeluknya. Memang LDR bisa selalu ada, tapi nyatanya tak pernah
bisa bersama memeluknya. Ia hanya ingin kisah cinta yang sebenarnya, memeluk
menjamah menghabiskan waktu berdua, bukan hanya sekedar melihat dan berkabar
seolah ada namun tak pernah bersama. Ia tak salah, bukan juga tak setia. Tapi ia
hanya ingin kisah indah yang sesungguhnya.
Mentari hanya seorang yang tiba-tiba datang saat
hubungan tak harmonis. Bukan orang ketiga, atau perusak kisah cinta. Hanya saja
ia datang saat bumi butuh kenyamanan, saat konsep setia terpatahkan. Ia hanya
seorang yang dianggap nyaman, datang dengan senyuman, kemudian seolah selalu
ada dan menemani. Meski sebenarnya mentari tahu posisi keduanya. Ia tahu
bagaimanapun juga bumi akan kembali kepada langit, dan ia akan terus menjadi
mentari, terlepas dari bumi mengingatnya atau tidak nantinya. Makanya sebelum
ia terjebak sama situasi kenyamanan yang ada dan dianggap perusak, ia lebih
memilih merusak kenyamanan bumi terhadap dirinya sendiri, membantu bumi kembali terhadap langit, dan kemudian
menghilang dan pergi. Toh nantinya dengan mudah bumi akan melupakannya jika
langit datang.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
dalam kitab klasik (kitab kuning), Matan adalah isi dari kitab itu sendiri, sedangkan Sarah adalah penjelasan dari isi kitabnya.